Rencana ALLAH  LEBIH BAIK DARI Rencana Kita

Cuaca malam itu mendung, sekeliling langit terlihat gelap tanpa ada satupun bintang dan bulan, lalu rintikan air hujanpun mulai terdengar. Tik… tik… tik… begitu jelas terdengar suara cucuran air hujan yang jatuh tepat di atas atap kamar Aini. Aini menghampiri jendela kamarnya yang sudah dari tadi tertutup rapat sambil memandangi rintik demi rintik air hujan yang turun, terbayangkan olehnya memori enam tahun silam. Fikiran Aini seakan ter-previous dengan kenangannya bersama pria-pria yang pernah menjadi pacarnya. Aini pun mulai melamun dan mengingat memori tersebut sambil berdiri manis di depan jendela kamarnya itu.

“Rey” adalah pacar pertama Aini sewaktu masih duduk di bangku SMA, Aini sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 3 tahun dengannya. Akan tetapi Ibu Aini tidak menyetujui hubungan mereka karena perbedaan agama. Walaupun sudah banyak kenangan yang sudah dilalui dengan Rey, akan tetapi Aini tetap harus mengikuti nasehat Ibunya. “Deni” adalah pria kedua yang Aini pilih setelah putus dengan Rey. Aini mengenali Deni ketika ia baru menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta mengambil jurusan Ilmu Pendidikan, karena sedari kecil Aini bercita-cita menjadi seorang Guru. Sedangkan Deni hanya seorang pria yang hidup di sebuah Desa, tetapi Aini tetap menerima apa adanya. tetapi lagi-lagi Aini harus bersabar karena Ibunya juga tidak menyukai Deni. Deni memang mempunyai satu keyakinan dengannya, tetapi Deni belum mapan untuknya, kata Ibu Aini. Lalu “Darma”, ia adalah pacar ketiga Aini setelah putus dengan Deni. Darma adalah pria pilihan kakak Aini. Nasib Aini yang lagi-lagi tidak disetujui hubungannya karena Ibunya mengatakan bahwa Darma itu tidak tahu asal-usul keluarganya. Dan akhirnya hubungan percintaan Aini pun juga berakhir menyedihkan.

Memikirkan kenangan masa lalu dengan tiga orang pria yang tidak pernah direstui oleh Ibunya itu, membuat Aini begitu remuk hatinya dan bersedih. Aini mulai tidak percaya diri dan kecewa dengan perlakuan Ibunya, Aini sedih dengan tindakan ibunya yang terlalu mengatur kehidupan pribadinya. Akhirnya Aini memutuskan untuk tidak ingin memiliki pacar lagi, ia menutup pintu hatinya rapat-rapat walaupun banyak pria yang ingin mendekatinya. Aini berpikir untuk apa mempunyai pacar yang selalu diatur oleh Ibunya? ia tidak diberikan kepercayaan untuk memperjuangkan pilihannya sendiri. Saat ini Aini sudah berhasil menjadi seorang sarjana, ia sangat bahagia karena sudah menyelesaikan pendidikannya, tetapi ada satu hal yang membuat Aini bersedih, karena tidak mempunyai seorang pacar saat wisudanya.

Disaat sekian lamanya berkhayal akan masa lalunya itu, tiba-tiba terdengar alunan lagu “My Love- West Life” dari handphone genggamnya. Aini pun terlepas dari lamunan panjangnya, ia bergegas menghampiri suara tersebut, ketika ia mengambil handphonenya ternyata yang menghubunginya adalah Adam. Adam adalah pria yang sering sekali menghubungi Aini, walaupun Aini sudah menceritakan semua kisah pahitnya, tetapi Adam tetap saja ingin mendekatinya. Adam ingin sekali menemui Ibu Aini, tetapi Aini tidak pernah mengizinkannya. Sekian lamanya Aini tidak ingin membuka hati pada pria manapun akhirnya hati Aini luluh karena kedatangan Adam di dalam hidupnya. Ia melihat ada yang berbeda dari Adam, Aini selalu diingatkan dan diberikan nasehat yang positif oleh Adam. Adam tidak menginginkan hubungan yang lebih dari seorang teman, karena ia tahu bahwa Aini sedang mengalami keputus asaan dalam menjalin suatu hubungan. Adam berusaha mengerti akan apa yang Aini rasakan, dan mereka akhirnya menjalin hubungan baik walau tidak bisa dikatakan sebagai dua sejoli yang sedang berpacaran. Aini memutuskan untuk tidak berpacaran melainkan hanya sebatas teman tetapi mempunyai hati yang sama-sama menayayangi, ia takut hubungannya akan kembali putus di tengah jalan.

Hari-hari yang Aini lalui pun semakin indah rasanya karena adanya Adam yang selalu memiliki pemikiran yang sama dengannya. Walaupun sesekali Ibu Aini menanyakan kapan Aini akan menikah, tetapi Aini hanya menjawab pertanyaan Ibu yang sebenarnya berat baginya itu dengan senyuman manis saja. Ibu berkata bahwa umur Aini sudah semakin bertambah dan sudah selayaknya ia menikah. Akan tetapi Ibu tidak pernah menyadari dengan siapa anaknya akan menikah? Sementara beliau selalu mengatur dan tidak merestui hubungannya bersama pilihannya. Dalam hati kecil Aini ingin sekali diberikan oleh Tuhan seorang pria yang sesuai dengan keinginan Ibunya, ia selalu berdo’a agar Yang Maha Esa lekas menemukannya dengan pria baik yang bisa meluluhkan hati Ibu, dan Ibu akan merestui hubungan Aini bersama pilihannya.

Waktu pun seakan cepat berlalu, hubungan Aini yang semakin dekat dengan Adam membuatnya semakin yakin bahwa Adam adalah pria baik yang Allah titipkan kepadanya. Adam memang belum bisa dikatakan pria yang mapan, tetapi Adam punya agama yang baik, dari keluarga yang baik dan sederhana, memiliki sifat lembut dan penuh pengertian kepadanya, berjuang keras untuk mencari pekerjaan yang lebih baik yang nantinya akan ia pertanggung jawabkan kepada Ibu Aini, karena Adam mengerti pria seperti mana yang diinginkan oleh Ibu Aini. Aini dan Adam saling memberikan semangat satu dan lainnya, Aini menyemangati Adam untuk rajin bekerja, Adam pun senantiasa menyemangati Aini yang belum mendapatkan pekerjaan. Aini dan Adam sangat menikmati hari-hari karena saling mengingatkan dan mendekatkan diri kepada Tuhan, mereka yakin rencana Tuhan lebih indah walau sudah dirancang baik oleh mereka berdua. Dan insya allah, akan tiba juga masanya.

Tujuh bulan berlalu, Adam yang masih menjadi seorang karyawan biasa di tempat ia bekerja itu, tiba-tiba mendapat kabar baik dari salah satu perusahaan yang ia pernah lamar. Adam diminta untuk interview ke sana, dan Alhamdulillah akhirnya ia bisa melewati tes yang diberikan dengan baik dan benar. Sementara itu, Aini yang masih mendatangi kantor pos untuk mendapatkan informasi mengenai lowongan pekerjaan dengan berat hati pulang ke rumah karena tidak ada lowongan yang ia dapatkan di sana. Sesampainya di rumah Aini melihat ada satu pesan di handphonenya, ternyata dari Adam, ketika dibuka, Aini membaca isi pesannya “Bidadariku, aku dipanggil untuk interview pagi tadi di perusahaan yang pernah kita lamar, dan Alhamdulillah… aku bisa melewati tes nya, dan…”. Aini pun terhenti, karena isi pesannya yang terpotong oleh sinyal yang buruk. Aini pun menunggu kelanjutan dari pesan tersebut dengan muka pucat, dan akhirnya handphone itu pun bergetar lagi, Aini langsung cepat-cepat membuka isi pesannya dan ternyata “Alhamdulillah sayang, aku langsung di terima bekerja di sana”. Tutur Adam dalam pesan singkatnya. Mata Aini langsung berkaca-kaca menandakan bahwa ia sangat bersyukur kepada Tuhan karena sudah mengabulkan do’a mereka.

Sudah satu tahun berlalu, pekerjaan Adam pun semakin bagus. Dan lagi-lagi nasib baik menghampirinya, Adam mendapatkan kesempatan dari atasanya untuk berkuliah selama satu tahun untuk menambah pengetahuannya dalam bidang pekerjaanya, dan Adam pun menerima dengan senang hati niat baik atasanya tersebut. Adam semakin bersyukur kepada Allah karena mengabulkan do’a serta mendatangkan hal yang tidak terduga kepadanya. Dan akhirnya sekarang Adam bekerja sambil kuliah, hati Adam seakan yakin bahwa sebentar lagi ia akan menemui Ibu Aini untuk melamar Aini menjadi pendamping hidupnya. Disaat Adam sedang beristirahat di kantornya, tiba-tiba Aini menghubungi Adam. Adam langsung terekejut karena tidak biasanya Aini menelepon Adam disaat jam bekerja, dan ternyata Aini memberi tahu bahwa dirinya diterima untuk mengajar di sebuah sekolah yang hampir setengah tahun ia lamar dahulu. Suara Adam langsung serak membalas perkataan gadis yang sangat ia sayangi itu, “Alhamdulillah sayang, ini rencana Allah untuk menyatukan kita, kamu dengar ya ibu guru yang manis dan baik hati apa yang akan aku bilang” kata Adam sedikit tegas, dengan mata yang berkaca-kaca Aini pun menjawab “iya pangeran surga, kamu mau bilang apa? Aku bersedia mendengarnya”. “Insya allah… besok aku akan datang ke rumah menemui Ibumu, aku ingin melamarmu bu guru yang manis” ucap Adam tepat di telinga Aini. Tetapi Aini sama sekali tidak berkata apa-apa kepada Adam. “Kenapa kamu diam? Bukankah ini yang kamu inginkan Ain? Ini adalah rencana kita, ini lah rencana Allah, kamu tidak menyukainya?” kata Adam lagi. Dengan suara terbata-bata Aini berkata “iya Dam, Aku mau menerima kamu. Aku hanya meneteskan air mataku karena begitu indah rencana Allah untuk kita”. Tutur Aini dengan hati yang sangat bahagia.

Keesokan harinya Adam datang menemui Ibu Aini, Adam diterima baik oleh Ibu Aini saat datang ke rumahnya, Adam dipersilahkan masuk oleh Ibu, Adam memang terlihat sedikit grogi, karena niat baiknya itu membuat groginya perlahan-lahan hilang saat dihadapan Ibu Aini. Aini yang tadinya ada di sebelah Ibu langsung pergi ke dapur membuatkan minuman untuk Adam, lalu setelah itu langsung duduk diam di samping Ibunya, sebelum Adam memulai pembicaraan, Ibu yang terlebih dahulu menanyakan beberapa hal kepada Adam, dan ternyata dengan mudahnya Adam menjawab setiap pertanyaan Ibu dengan baik. Setelah Ibu bertanya-tanya mengenai Adam, Adam lalu bercerita sedikit mengenai bagaimana ia bisa bertemu dengan Aini, dan bagaimana ia bisa dihantar oleh Yang Maha Baik ke rumah Ibu Aini, setelah mendengar cerita Adam yang lumayan panjang, dengan hati yang terenyuh Ibu Aini mengeluarkan air matanya, teringatkan olehnya bagaimana ia dahulu terlalu ikut campur urusan pribadi anaknya mengenai pilihan hati Aini, bagaimana Aini dengan sabar mengikuti setiap nasehat serta kemauannya, dan sekarang Aini membawa kebahagiaan yang dapat membuat Ibunya tersentuh karena pengorbanannya bersama dengan Adam, hingga akhirnya Adam berhasil meluluhkan hati Ibu Aini. Lalu dengan mata yang berkaca-kaca akhirnya Ibu merestui hubungan Adam dengan Aini, lalu Ibu Aini segera membicarakan kabar baik ini kepada keluarga besar Aini. Alhamdulillah… akhirnya keluarga Aini dan Adam sama-sama akan membicarakan kapan hari baik untuk pernikahan mereka.